Menyebarkan dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara dan sarana. Di jaman now, dakwah menggunakan jejaring media sosial bukan hal aneh. Lihat saja, kini makin banyak majelis taklim atau pondok pesantren berbondong-bondong buka akun media sosial. Tujuannya, agar konten dakwah mereka tersebar lebih luas.
Namun, dari sekian banyak majelis pengguna media sosial, Syubbanul Muslimin perlu diberi kredit tinggi. Pasalnya, Syubbanul Muslimin menjadi majelis pertama di Indonesia yang meraih penghargaan “Silver Play Button” dari Youtube karena prestasinya meraup 100 ribu subscriber.
Untuk diketahui, Youtube punya tiga kategori penghargaan bertitel “Play Button” yang dihitung berdasarkan jumlah subscriber (orang yang berlangganan). Pertama, “ Silver Play Button” diberikan kepada akun Youtube dengan 100.000 subscriber. Kemudian “Golden Play Button” diberikan kepada pemilik akun dengan jumlah 1 juta subscriber. Lalu “Diamond Play Button” dengan jumlah 10 juta subscriber. Dan penghargaan tertinggi “Ruby Play Button” dengan jumlah 50 juta subscriber.
Untuk kategori jumlah subscriber, Majelis Syubannul Muslimin memang istimewa. Bayangkan, Majelis Rasullulah yang dikategorikan sebagai majelis terbesar di Indonesia saja jumlah subscribernya ‘baru’ 24 ribuan. Kemudian Majelis Nurul Mustofa juga sekitar 21 ribuan. Yang menarik, Majelis Syubbanul Muslimin ini terletak di Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Jadi meski dari kota kecil, urusan strategi ‘mengemas’ konten dakwah, Majelis Syubbanul Muslimin juaranya. Kini subscriber Syubbanul Muslimin sudah di angka 200 ribu subscriber.
Dakwah Merangkul
Majelis Syubbanul Muslimin lahir dari rahim Ponpes Nurul Qodhim. Ponpes ini merupakan salah satu ponpes salaf yang cukup tua di wilayah Paiton. Salah satu menantu pengasuh ponpes, yaitu Gus Hafidzul Hakim kemudian membidani lahirnya Majelis Syubbanul Muslimin.
Sejak berdiri, majelis ini memang sengaja dibuat agak berbeda dengan Ponpes Nurul Qodhim sebagai induknya. Yakni, lebih merangkul anak-anak muda sekitar Paiton untuk mengaji tanpa harus menjadi santri dan menetap di Ponpes. Artinya, memang betul-betul menjadi sebuah perkumpulan anak-anak muda saja.
“Tentu perkumpulan yang positif, karena mereka diajarkan mengaji, mendengarkan ceramah, dan juga diajak bershalawat,” ujar Gus Hakim kepada Nabawi TV. Pada awalnya, majelis ini hanya diikuti dua puluhan pemuda saja. “Dari yang dua puluh itu, mungkin yang betul-betul aktif hanya sepuluhan,” tambah Gur Hakim seraya tertawa.
Tapi pria yang juga menjabat Ketua Majelis Muwasolah Probolinggo ini tidak menyerah. Ia justru semakin tertantang. Dari segi metode dakwah, Gus Hakim mengikuti pesan dari Gurunya, Guru Mulia Habib Umar Bin Hafidz, yakni berdakwah dengan ajakan lembut.
Dituturkan Gus Hakim, ketika Majelis Syubbanul Muslimin berdiri, banyak anak muda Paiton datang masih berambut gondrong, memakai anting, dan kadang mendengarkan ceramah sembari merokok. Tapi ia tidak pernah langsung menegurnya. Baginya, hadir ke majelis saja sudah sebuah kebaikan.
“Merubahnya harus pelan-pelan tidak bisa langsung. Yang penting bagaimana membuat mereka betah duduk di majelis, kalau sudah senang, betah, mereka pasti berubah,” katanya. Alhamdullilah, belakangan anak-anak muda itumenjadi lebih santun, baik dalam berpakaian maupun tingkah laku. “Inilah yang kami sebut dakwah merangkul, bukan memukul” imbuhnya. Dibawah inilah vidionya!
Saat Majelis Syubbanul Muslimin mulai berkembang, Gus Hakim membuat satu terobosan penting. Terobosan yang di kemudian hari menguak jalan dakwah Syubbanul Muslimin menjadi lebih lapang. Gus Hakim memberdayakan semangat milenial dengan membentuk tim multimedia Syubbanul Muslimin.
Dengan berbekal satu buah kamera video, anak-anak Syubbanul Muslimin mulai merekam kegiatan majelis lalu diunggah ke Youtube. Ternyata, cara ini mendapat sambutan dari pengguna media sosial. Akhirnya, pelan-pelan, alat multimedia pun ditambah dengan membeli tambahan kamera, lighting, hingga microphone.
Rupanya, proses kerja multimedia menarik minat anak-anak muda Syubbanul Muslimin. Mereka tambah bergairah. Gus Hakim pun mendatangkan pelatih dari luar majelis untuk memberikan training multimedia. “Alhamdullilah, dari awalnya tidak tahu apa-apa soal multimedia, menjadi tahu,” ujar Gus Hakim.
Bukan hanya teknik shooting, anak-anak Majelis Syubbanul Muslimin juga menguasai teknik editing. Ketika Nabawi TV berkunjung, terlihat mereka cukup piawai mengedit video. Pun komputer dan perangkat lunak editing sudah dimiliki. Dari pengamatan Nabawi TV, Majelis Syubbanul Muslimin tergolong majelis mumpuni di bidang multimedia. Meski mereka dari daerah.
Ketika proses kerja multimedia telah dikuasai, maka dimulailah pencarian ide-ide dakwah yang strategis dan efektif. Mereka mulai membuat tayangan-tayangan ceramah pendek yang disebar melalui Instagram, Facebook atau Youtube.
Sebelumnya, Syubbanul Muslimin juga memiliki tim hadrah dengan vokal utama Gus Azmi. Kelompok ini sering kebagian manggung di sela acara-acara keagamaan, seperti Tabligh Akbar, Maulid Nabi dan lain sebagainya.
Kreatifitas tim multimedia yang sudah terlatih itu kemudian mencium potensi ini. Mereka merekam setiap Tim Hadrah Syubbanul Muslimin tampil dan kemudian diunggah ke Youtube. Sekali lagi, strategi ini berhasil. Terbukti, follower media sosial Syubbanul Muslimin meningkat tajam.
Menulis dan menggubah Lagu
Melihat antusiasme yang menonton lantunan merdu suara Gus Azmi di media sosial, munculah ide menulis lagu sendiri. “Jika tidak menulis sendiri, kami biasanya menggubah lagu yang sudah populer menjadi lagu yang lebih Islami, yang isinya mengajak kepada kebaikan” kata Gus Hakim.
Tanpa menunggu lama, ide ini terimplentasi dengan deretan lagu-lagu yang ditulis sendiri Tim Syubbanul Muslimin. Terbitlah lagu-lagu seperti “Ibu Aku Rindu”, “Ya Robbi (gubahan lagu Cinta Terlarang), “Cinta Dalam Istikahroh”, “Alfatihah Untukmu”, “Ahmad ya Habibi” dan masih banyak lagi. Total lebih dari 20 lagu yang dinyanyikan dan dipopulerkan Syubbanul Muslimin.
Lagu-lagu itu umumnya dinyanyikan di sela acara keagamaan, bukan sengaja direkam di studio sebagaimana musisi profesional. Namun jangan salah, setiap diunggah di Youtube, penontonnya rata-rata diatas 100 ribu orang. Luar biasa.
Semenjak itu, hadrah Syubbanul Muslimin sering mendapat panggilan mengisi acara. Awalnya hanya di sekitaran Probolinggo, lama kelamaan mulai diundang ke wilayah Jawa Timur. Kini mereka bahkan sering diundang ke berbagai wilayah Indonesia.
250 Pemuda Pecinta Nabi
Pada kesempatan wawancara dengan Gus Hakim, Nabawi TV beberapa kali mendengar beliau mengucapkan pentingnya peran pemuda dalam startegi dakwah. “Bung Karno pernah bilang, beri aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia, kalimat ini betul-betul menginspirasi saya,” ujar Gus Hakim.
Inspirasi ini mendorong Gus Hakim untuk terus memberdayakan pemuda-pemuda Syubbanul Muslimim agar berbuat sesuatu terhadap dakwah Islam. “Di Syubbanul Muslimin saya meminta anak-anak jangan cuma diam, tapi berbuatlah sesuatu, kalau tidak bisa shooting, hadrah, ya harus melakukan sesuatu untuk dakwah,” tekan Gus Hakim.
Akhirnya, dari sekedar membuat Tim Multimedia dan Hadrah, Syubbanul Muslimin kemudian berkembang membentuk Tim Sound System, Patwal, dan Tim Panggung. Tim ini diisi anak-anak muda yang tidak ikut multimedia dan hadrah. Jadi kreatifitas mereka tetap tersalurkan.
Kini, total anggota Syubbanul Muslimin mencapai 250 pemuda. Mereka menjadi sebuah unit kerja yang efektif. Dimana akan diberdayakan jika Ponpes Nurul Qodim sebagai ponpes induk mengadakan acara besar. Tidak hanya itu, mereka juga sering diminta menjadi panitia acara dari ponpes lain, “Alhamdullilah, sekarang Syubbanul Muslimin terdiri dari 250 pemuda pecinta Nabi yang siap berbuat sesuatu untuk syiar Islam,” pungkas Gus Azmi. Subhanallah.biasanya fans syubbanul muslmin dipanggil syubban lovers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar